Sunday, January 13, 2008

Dendam Lawu!!!!!

Ini merupakan sebuah catatan perjalanan di lawu....

Tanggal 24 Desember 2007 bersama seorang kawan saya yang bernama Yoga, saya memutuskan untuk mendaki Gunung Lawu. Awalnya saya dan kawan saya berencana naik gunung untuk mengusir rasa bosan dengan rutinitas sehari-hari. Saya bosan dengan rutinitas kuliah dan organisasi. Jika tidak boleh dikatakan bosan mungkin kita akan menyebutnya sebagai titik jenuh.

Kami berangkat dari Jogja pukul 16.00 WIB. Awalnya kami akan berangkat pukul 13.00 WIB. Tapi karena ada beberapa kendala akhirnya kami baru bisa berangkat jam 16.30 WIB. Kami berangkat menggunakan sebuah motor. Motor Karisma 125 tepatnya. Motor itu kami peroleh setelah melakukan tukar guling dengan seorang kawan. Motor WIN tepatnya yang kami tukar guling dengan motor Karisma itu.

Awal keberangkatan, saya yang mengemudikan motor itu hingga Karanganyar. Sesampainya Karanganyar kawan saya yang mengemudikannya. Sekitar pukul 18.30 kami berhenti sebentar di Pasar Tawangmangu untuk membeli beberapa perbekalan. Rokok dan camilan tepatnya. Kami membeli 4 bungkus rokok. Di depan pasar, kami bertemu dengan anak2 HIMPALA atau mapalanya Universitas Muhammadiyah Surakarta yang akan melakukan pelantikan anggota baru di lereng Lawu.

Perjalan kami mencapai Cemoro Sewu (basecamp pendakian Gunung Lawu) sempat terhalang oleh kabut tebal dan hujan lebat. Pandangan kami hanya bisa menjangkau sekitar 3 meteran. Padahal daerah yang kami lewati merupakan jalan di lereng Lawu. Tentu saja jalannya menanjak dan di sisi kanannya terdapat jurang dalam yang siap menerima kehadiran kami jika lengah.

Akhirnya kami tiba di Cemoro Sewu pukul 20.00 WIB. Disana kami disambut oleh beberapa kawan dari ranger Lawu dan rombongan pendaki dari Surabaya. Kami pun bercakap-cakap sembari menghisap rokok dan menyeduh kopi. Suhu di basecamp cukup dingin. 18 drjt celcius pastinya. Sekitar pukul 23.30 kami memutuskan untuk beristirahat.

Sekitaran pukul 02.00 WIB hujan deras mengguyur basecamp. Kami terbangun pukul 06.00 WIB. Suara motor-motor trail memecah kesunyian tempat itu dan memaksa kami untuk bangun dari mimpi indah. Suhu pagi itu sangat dingin. kami mendapat kabar bahwa dinihari tadi terjadi badai di Gunung Lawu.

Setelah packing ulang dan mengisi air, pukul 07.00 WIB kami memulai pendakian ke Gunung Lawu. sebelum mulai mendaki, kami mendapat wejangan dari ranger Gunung Lawu. "Jika kalian diikuti oleh gagak gading, jangan diganggu. Gagak itu merupakan penunjuk jalan bagi para pendaki. Jika diganggu maka kalian akan tersesat di Gunung Lawu!" wejangnya.

Kami mulai mendaki dengan santai. Masing-masing dari kami membawa tas yang bermuatkan sekitar 20 kg. sekitar 100 meteran kami berjalan kami berpapasan dengan para petani yang akan berangkat menggarap ladangnya. Kami berjalan sambil menghisap rokok. Sesekali kami saling bersenda gurau. Kami sempat berhenti sejenak untuk menyantap setangkap roti tawar di pos pengamatan ladang.

Pukul 09.oo kami mencapai pos satu. Disana kami bertemu dengan rombongan pengendara trail dan satu rombongan pendaki yang turun dari Gunung Lawu. Kami akhirnya beristirahat sambil mengobrol santai dengan para pengendara motor trail. Motor trail hanya bisa mencapai pos satu Gunung Lawu. Setelah lewat pos satu, motor trail sudah tidak bisa melewati rute perjalanan. Setelah hampir 45 menit beristirahat, kami memutuskan meneruskan pendakian.

Dari pos satu ke pos dua kami sering sekali berpapasan dengan para pendaki yang turun. "Hati-hati mas kalo mau naek, di atas semalam badai kenceng," tutur mereka. Kami tetap meneruskan pendakian. Rute dari pos satu ke pos dua sekitar dua kilo meteran, tak terlalu jauh memang. Tapi jalan yang menanjak terjalah yang membuatnya cukup sulit untuk dilewati.

Setengah pendakian dari pos satu ke pos dua, tiba-tiba hujan mengguyur kami. Suhu pun semakin dingin. Aku lalu menyalakan sebatang rokok yang merupakan batang ketujuh yang kuhisap hari ini. Rokok kuhisap beriringan dengan tarikan nafasku. Cukup membuatku lumayan nyaman.

Ternyata hujan semakin deras. Perut lapar dan hawa dingin mulai menyerang kami. Kami memutuskan untuk menyantap roti tawar lagi. Roti tawar bercampur air hujan tepatnya. selesai makan, kami mempercepat langkah. Cuaca semakin tidak bersahabat. Hujan deras dan hawa dingin belum cukup menyiksa kami. Angin kencang pun mulai mempermainkan kami.

Setelah kepayahan diserang cuaca buruk, akhirnya kami tiba di pos dua. Tepat pukul 11.00 WIB. Di pos dua kami bertemu dengan rombongan dari Surabaya. Di pos dua ini kami memutuskan untuk mendirikan tenda. Di pos ini kami beristirahat sembari menunggu hujan reda. Bukannya reda, hujan justru makin menggila. Rombongan dari Surabaya memutuskan untuk meneruskan pendakian ke pos tiga.

Akhirnya kami menunggu hujan sembari memasak. Sekitar jam tiga datang rombongan bapak2 dan ibu2. Mereka berteduh di pos dua bersama kami. Kami pun mengobrol dengan mereka. Ternyata mereka merupakan rombongan peziarah Gunung Lawu. Gunung Lawu selain digunakan untuk pendakian juga merupakan gunung ritual. Banyak orang mengalap berkah di gunung ini. Konon raja Brawijaya muksa di Gunung ini.

Mereka pun memutuskan melanjutkan perjalanan di tengah cuaca buruk. Namun ada hal yang membuat saya cukup marah pada mereka. Mereka membakar dupa tepat di belakang tenda kami. Dan dengan seenaknya mereka meninggalkan dupa itu tetap menyala. Untung saja tenda kami tidak terbakar. Tetapi aroma dupa itu masih tertinggal.

Sore itu kami memutuskan untuk tidur. Tak ada hal yang bisa kami lakukan ditengah cuaca buruk seperti ini. Malam pun menjelang.

Aku terbangun pukul 19.00 WIB. Cuaca ketika itu masih saja buruk. Makin buruk malah. Hujan semakin deras, angin bertambah kencang, kabut pun makin tebal, dan tak ketinngalan suhu yang semakin dingin. Sekitar 10 drjt celcius. Kami memasak nasi, air dan mie instan.

Rokok kembali aku nyalakan. Cukup bermanfaat melawan suhu sedingin ini. makanan telah matang. Kami lalu menyantapnya. Selesai makan kami bercakap-cakap sambil memikirkan langkah selanjutnya dari pendakian kami. Akhirnya kami memutuskan jika esok pagi cuaca tetap seperti ini, maka kami akan turun. Bau dupa masih saja tersisa. Ini menambah susana horor malam itu. Hujan, kabut, angin, dingin, gelap, dan hawa mistis menjadi satu. "Sial bener malam ini," umpatku.

Malam semakin larut dan tentu saja cuaca masih belum membaik. Saat itu jam dihpku menunjukkan pukul 23.10 WIB. Kami masih saja belum tidur. Kami masih saling mengobrol dan saling berkeluh kesah. Entah itu dari masalah kuliah, organisasi, utang ma ibu kantin. Obrolan seputar cewek kami masing-masing pun kami obrolkan. bahkan yang cabul-cabul pun sempat juga kami bahas. Bau dupa masih saja tersisa.

Tiba-tiba dari luar terdengar ada orang bercakap-cakap. Kami pun keluar tenda untuk memastikannya. Ternyata kami tidak menemukan siapapun di luar tenda. Kami pun masuk ke tenda lagi. Begitu kami menutup tenda, suara percakapan muncul lagi. Kami pun keluar tenda lagi untuk memastikan. Lagi-lagi tidak ada siapapun di luar tenda. Akhirnya kami cuek saja walaupun suara2 percakapan tetap muncul.

Entah jam berapa kami terlelap. Tiba-tiba saja alarm di hp saya menunjukan pukul 05.00 WIB. Tanggal 26 Desember 2007 tepatnya. Kami pun melihat situasi diluar tenda. Ternyata cuaca masih saja seperti semalam. Pagi itu suhu sangat dingin. Pandangan kami terbatasi oleh kabut tebal. Rokok pun kembali aku nyalakan. Rokok pertama ku di pagi yang dingin ini.

Kami pun kembali menata ulang rencana pendakian. Akhirnya kami memutuskan jika pukul 07.00 WIB cuaca masih seperti ini maka mau tidak mau kami harus turun. Kami tidak mau mengambil resiko dengan cuaca yang seperti ini.

Sembari menunggu pukul 07.00 kami memasak dan merebus air. Air pun matang. Kami lalu membuat kopi panas. Segelas kopi panas dan rokok cukup membantu kami ditengah cuaca buruk ini.

Akhirnya pukul 07.00 tiba. Cuaca masih saja sama dengan semalam. Hujan deras, kabut tebal, angin kencang, dan hawa dingin masih saja menyerang. Akhirnya kami pun melakukan packing. Tepat pukul 07.30 kami berjalan menuruni lawu. Kami berjalan ditemani oleh hujan, angin, dingin dan tentu saja kabut. Saking buruknya cuaca, mantol yang kami gunakan menjadi sobek-sobek.

Setelah berjalan sekitar 500 meteran, tiba-tiba di depan kami sudah ada buruk gagak. Gagak itu hinggap di sebuah batu. Bulu gagak itu berwarna seperti gading. Seketika itu pula kami teringat pada sosok gagak gading yang diceritakan oleh ranger Gunung Lawu.

Tanpa mengusiknya kami berjalan persis di depan burung Gagak itu. Tiba-tiba burung Gagak Gading terbang. Kami pun meneruskan perjalanan. Setelah berjalan 200 meter. burung Gagak Gading muncul lagi di depan kami. Lalu terbang lagi. Bahkan Gagak Gading sempat terbang di atas kami seraya mengiringi perjalan kami. Burung Gagak Gading terus menemani kami hingga kami tiba di pos satu.

Akhirnya kami sampai di basecamp pendakian pukul 10.30 WIB. Sekitar 15 menit kemudian, rombongan dari Surabaya sampai di basecamp dengan basah kuyup. Ternyata di pos tiga badai lebih parah lagi. Tenda mereka sempat terendam air hujan. Dibasecamp kami mendengar kabar bahwa pagi itu terjadi tanah longsor di karanganyar....


Tepat pukul 15.00 WIB kami memulai perjalanan pulang ke Jogja. Sebelum pulang,kami masih sempat menatap Gunung Lawu yang ditutupi oleh kabut. Dalam hati saya tersimpan sebuah dendam kepada Gunung Lawu. Dendam untuk mencapai puncak Gunung Lawu.

No comments: